Aksi demo mogok kerja yang dilakukan awak bis yang bernaung dibawah PT.APIK akhirnya digelar pada hari sabtu 29 Oktober 2011 setelah semua bentuk penindasan yang dilakukan pihak perusahaan benar-benar sudah diluar batas kelayakan, hal ini menyulut gerakan bersama semua awak bis dari mulai supir, kondektur dan kernet berikrar menyatakan sikap untuk menggelar demo damai guna menuntut hak yang seharusnya diterima bagi mereka. Upaya beberapa pihak untuk mempasilitasi pertemuan antara pihak manajemen dengan pihak awak bis akhirnya bisa dilakukan sekitar pukul 13.28 WIB,
setelah melakukan pembicaraan diambil keputusan sementara pihak manajemen akan mempelajari dulu semua yang dituntutkan pihak pekerja dan akan dilanjutkan dengan perundingan lanjutan, sementara menunggu hasil perundingan lanjutan antara kedua belah pihak manajemen minta agar mogok kerja dihentikan dan operasi kendaraan kembali tetapi bersikukuh menggunakan aturan yang lama sampai batas perundingan yang tidak ditentukan, hal ini tentu saja ditolak keras oleh pihak awak bis.Banyak awak bis yang menganggap perbuatan pihak perusahaan menjadikan mereka seperti sapi perahan yang selama bertahun-tahun menindas mereka, hal ini bukan tidak mendasar memang, setelah melalui beberapa wawancara dengan beberapa awak bis ASLI ini didapatkan angka yang sungguh mengejutkan dan membuat siapapun berpikiran sama dengan para awak bis ini. Ternyata setelah melalui investigasi Wartawan di lapangan dapat dihitung dari pendapatan rata-rata para awak bis ASLI ini berapa penghasilan mereka.
Berikut adalah hitungan menurut awak bis asli :
Asumsi 50 orang hasil kontrol penumpang/pp
Harga karcis per orang Labuan-Jakarta Rp. 21.000
penghasilan
Penghasilan 1pp adalah : Rp. 21.000 x 50 = Rp. 1.050.000
Pengeluaran
- setor harian wajib = Rp. 400.000
- Pengeluaran setor kontrol = Rp. 100.000
- Solar = Rp. 400.000
- Iuran DK ( Dana Kecelakaan ) = Rp. 20.000
a. Labuan Rp. 5.000/hari/pp
b. Pandeglang Rp. 5.000/hari/pp
c. Serang Rp. 5.000/hari/pp
d. Jakarta Rp. 5.000/hari/pp
- Dana Taktis = Rp. 15.000
a. Jakarta Rp. 10.000/hari/pp
b. Labuan Rp. 5.000/hari/pp
- Dana jaringan 10 titik x Rp. 5.000/hari/pp = Rp. 50.000/pp
- Biaya TPR
a. Terminal labuan = Rp. 20.000
b. Pandeglang = Rp. 10.000
c. Serang = Rp. 12.000
d. Jakarta = Rp. 80.000
Jumlah total pengeluaran = Rp. 1.107.000
Setelah dilakukan pengurangan dari penghasilan- pengeluaran rutin didapat
Hasil Rp. 1.050.000 – Rp. 1.107.000 = - 57.000
Jadi mereka dalam setiap jalan mendapatkan angka minus!
Angka tersebut belum termasuk biaya makan awak bis dan juga biaya jalan TOL yang diperkirakan sekitar Rp. 250.000/pp, jelas ini bentuk pejajahan pihak perusahaan.
Lalu sebenarnya pantaskah mereka menuntut haknya agar beberapa jenis pengeluaran bisa dihilangkan karena masih menurut mereka biaya tersebut tidaklah efektif, misalnya biaya DK( Dana Kecelakaan ) Rp. 20.000 x 30 hari x 50 armada ( asumsi semua 1pp) = Rp. 30.000.000/bulan uang yang dirampok oleh pihak perusahaan terhadap pekerja, hal ini sudah berjalan bertahun- dan tidak jelas peruntukannya karena menurut beberapa pengakuan awak bis Asli dana tersebut tidak pernah dipakai oleh mereka, jika sakit atau terjadi kecelakaan tetap para awak bis yang menanggung dengan mencicil kepada pihak perusahaan tanpa jelas perhitungaannya karena masih menurut mereka cicilannya meskipun sudah lunas masih tetap dibayar sehingga banyak biaya sendiri bahkan sampai jual barang yang ada dirumah.
Dana jaringan yang tadinya adalah individu yang bekerjasama dengan awak bis sekarang diambil alih perusahaan dan dibebankan kepada pihak pengemudi, bahkan jika tidak bayar ada penskoran kepada awak bis karena masih menurut mereka juga pihak jaringan ini diwajibkan setor kepada pihak perusahaan sebesar :
Rp. 50.000 x 10 titik x 30 hari = Rp. 15.000.000/bulan, sungguh angka yang besar diambil lagi oleh perusahaan ASLI kepada pihak pekerja.
Wajar jika akhirnya pihak pekerja bereaksi keras terhadap perusahaan dengan menggelar aksi demo damai menuntut beberapa hak yang dianggap tidak pernah diberikan pihak perusahaan kepada mereka, dan menuntut segala jenis penindasan perusahaan kepada para pekerja dan ironisnya lagi kejadian ini sudah terjadi puluhan tahunan.Dari hasil pantauwan wartawan saat aksi mogok dilakukan ironisnya pihak perusahaan dan Dinsosnakertran alergi terhadap kehadiran wartawan sehingga dari berbagai kulitinta dilarang masuk oleh sekuriti PT.APIK ketika akan meliput mediasi pertemuan antara keduabelah pihak sehingga sempat terjadi aksi saling dorong antara sekuriti PT.APIK dan wartawan. Patut diduga bahwa Dinsosnakertran dan PT.APIK ada “main mata”.
Ditempat yang sama jajaran kepolisian dari MAPOLSEK Labuan yang dipimpin oleh KOMPOL Syahrul meminta kepada para awak bis agar melakukan aksi demo ini dengan menjaga stabilitas dan keamanan bersama jangan sampai menimbulkan perbuatan anarkis, dan ia juga ikut aktip membantu upaya mediasi pertemuan antara ke dua belah pihak agar dapat segera diselesaikan karena dampak dari aksi mogok ini membuat terlantarnya masyarakat pengguna transportasi bis, demikian juga KAPOLRES Pandeglang AKBP Edy Soeseno dihadapan awak bis sekitar pukul 18.00 WIB menghimbau kepada para awak bis agar aksi demo dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku dan tetap menjaga keamanan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar